HAKLI MEDIA | Jumat, 17 Maret 2023
Prof. Dr Arif Sumantri, SKM., M.Kes
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup. Air bersih terutama air tanah saat ini dalam kondisi kritis di berbagai negara. Menurut Laporan dari World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 1,7 juta anak yang meninggal akibat adanya pencemaran lingkungan dan terdapat 74 juta orang terancam hidupnya karena penyakit yang disebabkan oleh air akibat Sanitasi, dan Higiene yang buruk. Satu dari empat orang atau 2 milyar orang di dunia, masih kekurangan air layak minum.
Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab dari krisis air tanah. Pencemaran air tanah yang dilakukan oleh manusia juga menjadi penyebab utama dari kerusakan air tanah. Penggunaan pestisida, limbah rumah tangga, pupuk kimia, limbah industri, limbah radioaktif, dan masih banyak lagi penyebab lainnya yang bisa mencemari air tanah. Menurut WHO, terdapat 361.000 anak berusia di bawah 5 tahun yang meninggal akibat diare disebabkan oleh air yang tercemar. Kondisi ini mempengaruhi jutaan orang dan diperkirakan 780 juta orang hidup tanpa air minum yang bersih dan dapat diakses. Sekitar 4,2 miliar orang atau 55 persen dari populasi di dunia tidak memiliki Manajemen dan layanan Sanitasi Lingkungan yang baik.
Berdasarkan data UN Water dari PBB, saat ini 1 dari 3 orang hidup tanpa bisa memenuhi ketersediaan air minum dengan aman. Diperkirakan, pada tahun 2050, akan ada 5,7 miliar orang yang tinggal di daerah kekurangan air, sedikitnya selama satu bulan dalam setahun. Cuaca ekstrem telah menyebabkan lebih dari 90 persen bencana besar satu dekade terakhir. Diperkirakan pada tahun 2040, permintaan energi global diproyeksikan meningkat lebih dari 25 persen dan permintaan air diperkirakan meningkat lebih dari 50 persen.
Tekanan kebutuhan air akibat perubahan iklim dapat berkurang hingga 50%, jika dapat dilakukan pencegahan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius diatas tingkat kebutuhan laju pencemaran industri. Upaya menjaga kelangsungan ketersediaan air sehat dan aman menjadi sangat penting melalui upaya merawat sanitasi lingkungan pada sumber air, pengawetan air secara efisien dan efektif pada penggunaan air, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Sanitasi lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor berbagai penyakit, seperti diare dan stunting. Ketersediaan air dan sanitasi lingkungan pada pembangunan berketahanan iklim bertujuan untuk mempercepat penurunan stunting 14% pada tahun 2024 dan penurunan AKI dan AKB serta menjamin semua masyarakat mempunyai akses terhadap air minum yang layak dan aman, melalui target pencapaian 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum aman di Tahun 2020-2024. Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Tahun 2020 menyatakan akses kualitas air minum aman sebesar 11,9%, terdapat 40,8% masyarakat yang menggunakan sarana air minum bersumber dari air tanah, sebanyak 14,8% rumah tangga di Indonesia menggunakan sumur gali untuk keperluan minum dengan tingkat risiko cemaran tinggi dan amat tinggi.
Hari Air Sedunia atau World Water Day diperingati setiap tahunnya pada 22 Maret. Tahun ini kampanye global Hari Air telah dimulai oleh PBB, Januari lalu di Jenewa dengan tema “Be The Change”. Pada tahun 2023 mengusung tema Mempercepat Perubahan untuk Mengatasi Krisis Air dan Sanitasi. Pesan dari tema ini mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi krisis air dan sanitasi global yang dihadapi dunia. Kita bisa menjadi perubahan yang kita harapkan dengan melakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam hal penggunaan, konsumsi dan mengelola air.
Untuk menjaga agar air senantiasa tersedia dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, perlu dilakukan upaya konservasi air. Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, konservasi sumber daya air dapat dilakukan dengan cara:
Ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Contohnya dengan tidak menebang pohon dan melakukan penghijauan di daerah resapan air.
Ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Dilakukan dengan cara menggunakan air secara efisien dan efektif, serta dengan mengelola air hujan menggunakan kolam tandon, lubang resapan biopori atau sumur resapan.
Dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.
Dilakukan dengan cara mencegah terjadinya pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumber daya air, yaitu dengan tidak membuang sampah ataupun limbah yang belum diolah ke sumber air.
Kampanye World Water Day UN tahun ini, menggunakan burung Humming Bird (Kolibri) dengan tetesan air, Kolibri merupakan spesies burung terkecil di dunia. Panjang tubuhnya sekitar 5 cm, dan berat rata-rata hanya 3 gram. Burung mungil ini dijadikan Ikon dalam kampanye WWD UN ternyata mempunyai cerita yang menarik. Kisah ini diambil dari sebuah cerita rakyat Quechua di Peru yang juga pernah diceritakan oleh Wangari Maathai, pendiri Green Belt Movement dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian.
Alkisah, di sebuah hutan besar dan subur terjadi kebakaran hutan. Semua hewan melarikan diri dari hutan dan tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat api memusnahkan habitat/rumah mereka. Mereka melihat seekor burung Kolibri kecil terbang ke sungai, mengambil setetes air dengan mulutnya, terbang kembali ke hutan dan menjatuhkan air itu ke dalam api. Setelah itu burung Kolibri kembali lagi ke sungai, mengambil setetes lagi, terbang kembali ke hutan dan menjatuhkan air dan seterusnya. Semua hewan lain terpaku dan terpukau melihat aksi burung Kolibri , kemudian bertanya, “Burung Kolibri, apa yang kamu lakukan? Kamu sangat kecil dan tidak penting. Apa yang kau lakukan tidak akan membawa pengaruh apapun.” Burung kolibri menjawab, “Aku mungkin kecil dan tidak penting tapi aku melakukan yang terbaik yang aku bisa. Aku selalu bisa melakukan yang terbaik yang aku bisa. ”Be the
Hari Air Sedunia tahun 2023 menjadi momentum penting untuk mengingatkan dan mengangkat kepedulian dalam menjaga dan menyediakan akses air yang berkualitas. HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) mengajak dan menyerukan pada seluruh komponen masyarakat untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam memastikan kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan air minum yang akan dikonsumsi adalah air minum aman. Serta mengajak pada seluruh pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan pengurus HAKLI diwilayah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam upaya mendorong penyediaan air yang aman melalui peningkatan pengawasan kualitas air, memastikan penerapan manajemen risiko lingkungan pada pengelolaan dan penggunaan air serta edukasi bagi masyarakat untuk memastikan kualitas air minum aman bagi semua.
Ketua Umum PP HAKLI/Guru Besar UIN Jakarta