Image

Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia Tahun 2022

HAKLI MEDIA | JAKARTA, 29 AGUSTUS 2022

    Momen Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) sedunia yang diperingati setiap tahun pada tanggal 15 Oktober secara Internasional menjadi momen penting dalam advokasi pentingnya pencapaian target CTPS secara Nasional. Tahun ini bertemakan “Unite for Universal Hand Hygiene” diperingati secara global, termasuk oleh Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan berbagai institusi mitra pembangunan mengusung tajuk “Bersatu untuk Tangan Bersih Sehat”. Hal ini menjadi bentuk upaya dalam pencapaian dari Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu prioritas pembangunan utama bagi Indonesia dan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yaitu akses secara universal ke fasilitas CTPS dengan air dan sabun.

      CTPS saat ini juga merupakan salah satu fokus utama dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan telah terintegrasi pada beberapa program atau kampanye lainnya seperti Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). CTPS dikenal luas sebagai teknik dasar terpenting untuk pencegahan penyebaran penyakit menular, dengan tingkat keberhasilan 80% dalam pencegahan infeksi umum dan 45% untuk pencegahan penyakit yang lebih berat (USAID, 2021). Dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam pencegahan berbagai jenis penyakit seperti pernafasan akut, diare, dan COVID-19, CTPS merupakan metode yang efisien untuk pencegahan penyakit.

      Namun saat ini masih terdapat 56 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses ke fasilitas cuci tangan dasar (BPS, 2021), bahkan berdasarkan data dari profil air bersih, sanitasi, dan kebersihan di sekolah menunjukkan bahwa 71% sekolah atau 27 juta anak di Indonesia tidak memiliki akses ke kombinasi fasilitas air dasar, sanitasi, dan kebersihan. Dengan peran penting CTPS dalam pencegahan penyebaran penyakit, Kementerian Kesehatan RI melalui dukungan HAKLI, UNICEF, USAID, KAO, Save The Children, Unilever, dan institusi lainnya bekerja sama dalam menyelenggarakan Puncak Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia tahun 2022. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) berperan penting menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan stunting. AKB disebabkan karena infeksi. Stunting disebabkan kurang gizi. Keduanya bisa dicegah atau diturunkan angka kejadiannya melalui pembiasaan CTPS dan implementasi STBM.

     Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan hal itu, saat memberikan sambutan dalam puncak peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia tahun 2022 di Jakarta, Senin (17/10). Menteri Kesehatan mengatakan, kematian bayi lebih banyak disebabkan karena diare. Diare terjadi karena infeksi. Infeksi disebabkan karena kesehatan lingkungan yang buruk. “Kematian bayi dapat dicegah atau diturunkan dengan cuci tangan pakai sabun. Karena kebersihan lingkungan dan kebersihan tangan dapat mencegah infeksi,” tandasnya.

     Dikatakan, kematian bayi di Indonesia masih tinggi yaitu sekitar 80 ribu kematian setiap tahun. Penyebab bayi meninggal paling banyak karena diare. Diare itu menurutnya karena infeksi yang disebabkan kesehatan lingkungan buruk. “Diare terjadi karena infeksi, infeksi terjadi karena tidak cuci tangan, karena WC-nya kotor. Itu kenapa CTPS dan STBM penting,” tandas Budi.

     Menurut Budi, penurunan kematian bayi adalah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) terkait kesehatan lingkungan. Target lainnya adalah stunting. Keduanya, yakni kematian bayi dan stunting terkait kesehatan lingkungan. Itulah sebabnya, lanjut Budi, CTPS dan kebersihan lingkungan penting. Budi Gunadi Sadikin menambahkan, pihaknya saat ini melakukan transformasi layanan kesehatan secara signifikan. Fokus transformasi itu adalah pada upaya promotif dan preventif atau edukasi dan pencegahan. Pembudayaan CTPS dan program STBM adalah upaya konkret promotif dan preventif itu.

      Menurut Budi, penurunan kematian bayi adalah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) terkait kesehatan lingkungan. Target lainnya adalah stunting. Keduanya, yakni kematian bayi dan stunting terkait kesehatan lingkungan. Itulah sebabnya, lanjut Budi, CTPS dan kebersihan lingkungan penting. Budi Gunadi Sadikin menambahkan, pihaknya saat ini melakukan transformasi layanan kesehatan secara signifikan. Fokus transformasi itu adalah pada upaya promotif dan preventif atau edukasi dan pencegahan. Pembudayaan CTPS dan program STBM adalah upaya konkret promotif dan preventif itu.

      Budi menyebutkan, program transformasi yang dilakukan, pertama transformasi layanan primer. Ini terkait tindakan promotif preventif. Kedua transformasi pelayanan rujukan di rumah sakit. Ketiga transformasi di sistem ketahanan kesehatan dan keempat, transformasi sistem layanan pembiayaan kesehatan. Kelima, lanjut Budi, transformasi sumber daya manusia kesehatan. Keenam transformasi di teknologi informasi kesehatan. Baik itu di information technology maupun bio teknologi. “Nah dari enam transfomasi tersebut, hati saya paling dekat ke yang pertama. Transformasi layanan primer. Ini yang sifatnya lebih promotif dan preventif. Ini belajar dari kasus covid kemarin. Kalau sudah kena covid itu mahal. Padahal kalau mau mencegah dengan vitamin C, vitamin D, rajin olahraga itu tidak mahal. Jadi betapa pentingnya pencegahan dari pada pengobatan,” tandasnya.

      Tugas pemerintah adalah menjaga agar orang hidup sehat. Bukan mengobati orang sakit. Mencegah sakit bukan hanya lebih murah, namun kualitas hidup juga lebih baik. Sebagus-bagusnya rumah sakit, ujarnya, sepandai-pandai dokternya, siapa sih yang mau masuk rumah sakit. Menurutnya, pemerintah dan semua pihak seharusnya lebih banyak mengurusi puskesmas, posyandu, screeningnya, STBM dan CTPS. Ditegaskan, CTPS dan STBM sangat penting diimplementasikan, karena akan mencegah infeksi dan itu akan menurunkan angka kematian bayi dan akan menurunkan prevalensi stunting. Dan itu merupakan bagian paling penting dalam transformasi kesehatan nasional, yaitu transformasi yang pertama, sistem kesehatan primer. Ini yang sifatnya promotif atau edukatif dan preventif atau pencegahan. Dalam agenda ini juga dilaksanakan sesi diskusi “Peran Perempuan dalam Penurunan Stunting melalui SBS dan CTPS” yang diisi oleh para tokoh perempuan. Mereka adalah Wakil Gubernur NTB, Ketua Umum Bhayangkari, Ketua Umum Persit KCK, Ketua Umum PIA Ardhya Garini, Ketua Umum Jalasenastri, Ketua Umum Muslimat NU dan Ketua Umum Aisyiyah Muhammadiyah.

      Di samping para tokoh perempuan tersebut, perempuan penggerak PKK di tingkat daerah yang diwakili oleh para istri bupati walikota yang telah mewujudkan keberhasilan praktik CTPS dan SBS, untuk sharing pengalaman dalam peran mereka sebagai garda terdepan dalam memperkuat intervensi perubahan perilaku CTPS dan SBS di masyarakat berkelanjutan yang akan berdampak terhadap penurunan penyakit berbasis infeksi dan stunting dengan penguatan melalui komitmen “Bunda Sanitasi”.

   Selain kontribusi dan komitmen para tokoh perempuan yang menjadi penggerak CTPS dan SBS di seluruh jajaran dan masyarakat, sejumlah pihak dari sektor swasta dan mitra pembangunan turut serta membagikan praktik baik dalam mendukung Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan visi tersebut melalui pemutaran ajakan praktik baik dalam bentuk video yang dapat menjadi bahan edukasi dan sosialisasi keseluruh masyarakat luas.

   Keterlibatan para pihak merupakan bentuk komitmen kolaboratif untuk pembudayaan CTPS di seluruh Indonesia melalui gerakan bersama pembudayaan CTPS melalui GERTAK CTPS atau Gerakan Serentak CTPS untuk Indonesia. Dalam kegiatan ini, Ketua Umum Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) yakni Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes juga menyampaikan bahwa HAKLI telah mencapai rekor dunia MURI cuci tangan pakai sabun pada tahun lalu dan berupaya untuk terus merawat dan mempertahankan budaya cuci tangan pakai sabun. HAKLI melalui pembinaan dan pendayagunaan tenaga sanitasi lingkungan mampu memberikan advokasi, koordinasi, dan rekomendasi dari Pengurusan HAKLI Pusat, Pengurus HAKLI Provinsi, hingga Pengurus HAKLI Kabupaten/Kota. Kompetensi tenaga sanitasi lingkungan dalam surveilans dan diagnosis media lingkungan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat diantaranya adalah STBM, berperan penting salah satunya dalam pencapaian target Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun.